- Masa Kelahiran
Kelahiran Nabi yang oleh Allah tujukan untuk
jazirah Arab yang merupakan tempat yang penuh dengan kemusyrikan, hina dina
dengan segala macam ke jahiliyahanya , kini di utus seorang Nabi dan Rasul
terakhir yang bernama Muhammad diperkirakan dilahirkan pada tahu 570 M.[1]
Kelahiran Muhammad ini, bersamaan dengan pasukan Gajah yang di pimpin oleh
Abrahah yang merupakan gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia) yang Rajanya ialah
Raja Najasy yang merupakan seseorang yang beragama Nassrani, setelah membangun
sebuah Gereja di Negri Shan’a Ibukota Yaman, dia bermaksud ingin menyerang dan
menghancurkan Ka’bah[2].
Nabi yang merupakan salah seorang dari
keturunan (cucu) pembesar Bani Hasyim yang berpengaruh besar yakni Abdul
Muthallib, tetapi kabilah ini merupakan kabilah yang kurang berkuasa dalam suku
Quraisy. Muhammad yang terlahir dari keluarga terhormat namun miskin, anak dari
seorang Ayah yang bernama Abdullah bin Abdul Muthallib dan Ibu yang bernama Aminah binti Wahab dari
kabilah Bani Zuhrah. Namun baru di dalam kandungan, Muhammad telah ditinggalkan
pergi (mati) oleh ayahnya, lalu setelah Muhammad kecil berumur enam tahun
Ibunya meninggal dalam perjalanan menuju kota Yasrip (Madinnah), dan menjadilah
Muhammad menjadi seorang yatim piatu.Seakan-akan Allah ingin melaksanakan
sendiri pendidikan untuk Muhammad sebagaai pembawa risalah terakhir.[3]
Selama hampir empat tahun setelah Muhammad
lahir, dia berada dalam pemeliharaan Halimahtussadyah, yang sebelumnya harusnya
dua tahun, namun karena rasa sayang Halimah, dan karena Muhammad dianggap telah
membawa kebaikan kedalam penghidupannya. Halimah meminta izin kepada Aminah
untuk mengasuhnya seelama dua tahun lagi.
Setelah sepeninggal ibunya Muhammad berada
dalam asuhan kakenya Abdul Muthalib selama dua tahun, karena Abdul Muthalib pun
meninggal. Abu Tholib yang merupakan paman Muhammad dari Ayahnya, yang
merupakan seorang yang miskin pula mengasuh Muhammad, dan Muhammad menjadi
seorang pengembala domba milik keluarga
dan yang menitipkan dombanya untuk di gembalakan. Saat berumur 12 tahun
untuk pertama kalinya Muhammad di bawa untuk berdagang ke Syiria (syam) dalam
kafilah, yang dipimpin oleh Abu Tholib.[4]
Dalam perjalanan di Busrah sebuah kota di sebelah selatan Syiria rombangan
bertemu dengan seorang pendeta dari agama Kristen yang bernama Buhairah.
Pendeta tersebut memberitahu akan keistimewaan Muhammad karena sesuai dengan
apa yang ada dalam Injil (kitab suci umat Yahudi), dan memberitahu Abu Tholib
agar tidak terlalu masuk kedalam daerah Syiria, karena dikhawatirkan ada dari
orang-orang Yahudi yang mengetahui akan tanda-tanda yang dimiliki Muhammad dan
akan berbuat jahat padanya[5].
Saat berusia dua puluh lima tahun Muhammad
menjadi pedagang milik seorang janda kaya raya, yang bernama Khadijah. Dalam
dagangnya Muhammad mendapatkan laba yang cukup besar, bukan hanya itu bahkan
Khadijah melamar Muhammad untuk menjadi suaminya, ketika itu Muhammad berusia
dua puluh lima tahun dan Khadijah berusia empat puluh tahun.
Pernikahan mereka di karunia enam orang anak,
du putra dan empat putri, yakni : Qasim, Abdullah, Zainab, Ummu Kulsum,
Ruqayah, dan Fatimah. Namu kedua anak lelaki rasul meninggal waktu kecil.
- Nabi Muhammadelar Al Amin
Ketika Nabi Muhammad Saw. Berumur 35 tahunh setelah
terjadi perombakan banguan ka’bah oleh pemuka-pemuka Quraisy, namun dalam hal
meletakan Hajar Aswad ketempatnya semula, terjadilah persoalan siapa yang lebih
berhak meletakan hajar aswad ketempatnya semula, terjadilah pertikaian dan
pertengkaran dalam persoalan ini, maka datanglah rasulullah Saw. Memberikan ide
cemerlangnya, kata Nabi, bagaimana kalau begini saja....siapa yang lebih dahulu
besok pagi memasuki masjid ini maka dialah yang berhak meletakan hajar aswad
itu ketempatnya semula, kemudian pemuka Quraisy itupun menyepakati usulan Nabi,
ternyata pada pagi harinya Nabi telah berada dalam masjid lebih dahulu daripada
pemuka2 Quraisy itu dan merekapun mematuhi apa yang telah disepakatinya, maka
diberikanlah kesempatan kepada Nabi untuk meletakan Hajar aswad itu ketempatnya
semula.
Kemudian Nabi membentangkan serbannya yang 4
persegi,kemudian diletakannya hajar aswad itu diatas serbannya, dan disuruh
oleh Nabi agar 4 orang pemuka Quraisy itu masing-masingnya memegang sudut
serbannya dan mengangkatnya bersama-sama ketempatnya semula dan setelah hajar
aswad itu berada dekat tempatnya, barulah Nabi mengangkat dan meletakan hajar
asawad itu ditempatnya semula.
Dengan keadilan dan kebijaksanaan Nabi ini,
keluarlah ucapan dari mulut pemuka-pemuka Quraisy itu, رَضِيْنَا بِالآمِيْنَ (Kami
Meredoi dengan Keputusan Al-Amin), dengan kebijaksanaan dan ke’adilan Nabi ini,
Nabi diberi gelar Al-Amin oleh kaum Quraisy, yakni berarti orang yang dapat
dipercaya.[6]
- Masa Kerasulan
Melihat kegelapan yang terjadi pada umatnya
yang menyembah berhala, oleh karena itu rasul mengundurkan diri dari keramaian
kota Mekkah. Karena perihatin akan apa yang terjadi di kota tersebut.
Oleh
karena itu rasul pergi ke gua hira di gunung nur, beberapa kilo di kota Mekkah
untuk bertahannus. Usahanya untuk mendapatkan petunjuk dari yang maha kuasa,
dalam usaha menyendirinya itu menghasilakan sebuah petunjuk dengan datangnya
Malaikat Jibril pada tanggal 17 Ramadhan. Yaitu surah Al-Alaq : 1-5
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya
:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Setelah Rasul pulang ke rumah dengan keadaan
menggigil dan ketakutan menceritakan apa yang terjadi kepada isterinya,
Khadijah. Khadijah dengan bijaksana mendengarkan dan merasakan apa yang yang
terjadi kepada Waraqah ibn Naufal, seorang anak pamannya ahli kitab Nasrani.
Waraqah mengatakan bahwa apa yang terjadi pada Muhammad adalah ciri dari orang
pilihan Allah untuk menjadi seorang Rasul.[7]
Setelah wahyu pertama datang, Jibril tidak
muncul lagi untuk waktu yang itu lama
meski saat itu Nabi Muhammad menunggu dan menantikan wahyu selanjutnya, di gua
Hira. Dalam keadaan menunggu beberapa lama, akhirnya wahyu selanjutnya turun
yang membuat awal mula perintah kepada Muhammad untuk melakukan dakwah yang
terdapat dalam Surat Al-Muddatsir : 1-7.[8]
$pkš‰r'¯»tƒ ãÏoO£‰ßJø9$# ÇÊÈ óOè% ö‘É‹Rr'sù ÇËÈ y7/u‘ur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ y7t/$u‹ÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ t“ô_”9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ
Artinya
: “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan!
dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”
Maka Rasulullah melakukan dakwah
secara diam-diam di kota Mekkah dengan kerabat yang terdekat terlebih dahulu.
Seperti: Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, dan Zaid (bekas budak yang
telah menjadi anaknya).
Lalu setelah sekitar tiga tahun Rasulullah berdakwah sengan cara diam-diam,
maka turun wahyu Allah untuk berdakwah secara terang-terangan.
- Dakwah Secara Terangan-terangan
Dakwah secara siriyyah ini dilakukan selama kurang
lebih 3 tahun dan setelah orang Islam berjumlah 40 orang[6], maka turunlah ayat :
÷íy‰ô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
Artinya
:
“Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Muhammad mulai terbuka menjalankan dakwah secara
terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan
ajarannya.
Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian
menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu
Lahab dan istrinya Ummu
Jamil. Mereka sangat membenci
ajaran yang dibawa oleh Muhammad.
Sebelum kelahiran Muhammad, orang-orang Arab Quraisy
adalah para penyembah berhala. Mereka suka membunuh anak laki-Iaki dan menanam
hidup-hidup anak perempuan. Mereka mudah membunuh sebagian yang lain hanya
karena hal-hal yang sepele. Oleh karena itu ketika Muhammad mengajak mereka
untuk menyembah Allah yang Esa, meninggalkan kepercayaan mereka, mereka marah
besar. Mereka yang semula cinta kepadanya berubah menjadi kebencian dan
kemarahan. Sedangkan mereka yang semula membenarkan Muhammad, telah berubah
menjadi orang-orang yang mendustakannya.[9]
Ibn
Ishaq berkata, “Orang-orang memeluk Islam secara bergelombang, baik laki-laki
maupun wanita, sehingga berita tentang Islam tersebar luas di kota Makkah, dan
Islam menjadi bahan pembicaraan. Setelah itu Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan
Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak manusia secara terang-terangan,
menampakkan perintah Allah kepada manusia, sekaligus mengajak mereka
kepada-Nya…”
‘É‹Rr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÊÎÈ ÷bÎ*sù x8öq|Átã ö@à)sù ’ÎoTÎ) Öäü“Ìt/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇËÊÏÈ
Artinya
:
“dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu
terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah:
"Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan"”
Tatkala
Rasulullah saw. memperlihatkan Islam secara terang-terangan kepada kaumnya dan
menampakkan perintah Allah kepada mereka secara terbuka, saat itu orang-orang
Quraisy tidak mengutuk beliau dan tidak memberikan reaksi, kecuali ketika suatu
saat beliau menyebut-nyebut tuhan-tuhan mereka dan menghinanya. Tatkala beliau
melakukan hal itu, seketika mereka menjadikan persoalan tersebut sebagai
persoalan yang besar; mereka menentangnya.” (Ibn Hisyam, Sîrah an-Nabî, jld.
I/274-276).
Kaum Quraisy membenci dan menentang
seruan Muhammad, ialah karena beberapa faktor: Pertama,mereka tidak dapat
membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk kepada
Muhammad sama dengan tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Kedua,
Nabi Muhammad menyerukan persamaan hgak anatara bangsawan Quraisy dan Hamba sahaya.
Ketiga, Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan
dan pembalasan di akhirat. Empat, taklid kepada n enk moyang adalah kebiasaan
yang telah berakar pada bangsa Arab. Kelima, pemahat dan penjual patung berhala
memandang Islam sebagai penghalang Rizki.[10]
Sampai suatu ketika kaum Quraisy
mendatangi Abi Thalib agar membujuk Muhammad untuk berhenti menyerukan Islam,
namun hal ini tentu saja ditolak oleh Muhammad dengan berkata “Ya pamanku, jika
sekiranya diletakan orang Matahari di atas telapak tangan kananku, dan bulan
ditelapak tangan kiriku, supaya aku berhenti dalam perkara ini, aku tidak akan
mau meninggalkannya, sehingga tuhan memberikan kemenangan atau aku celaka dalam
mengerjakan ini, kalau tidak begitu aku tidak akan meninggalkannya.” Sembari
Muhammad bersedih dengan mencucurkan air matanya. Karena Abi Thalib merasa
terharu maka dia berkata “Wahai Muhammad perbuatlah apa yang engkau kehendaki,
semoga engkau diselamatkan Allah selama-lamanya. Aku berjanji akan melindungi engkau
dari perbuatan mereka itu.” Demikianlah kasih sayang Abi Thalib kepada Nabi
Muhammad saw.[11]
Kaum Quraisy tidak habis akal untuk
menyingkirkan Muhammad. Mereka datang kembali kpada Abi Thalib untuk menukarkan
Ammarah bin Al-Walid bin Mughirah. Setelah mereka berhadapan dengan Abu Thalib,
mereka berkata: “Ya Abu Thalib, rupanya permintaan kamibelum berhasil untuk
menyingkirkan Muhammad dahulu. Jika engkau tidak bisa melarang dia,Bagaimana
kalau kita bertukar anak. Serahkanlah Muhammad kepada kami, supaya dia dapat
kami bunuh jika dia tidak menurutapa yang kami mau, dan ambilah pemuda yang
tampan dan gagah ini sebagai pengganti Muhammad. Dan peliharalah dia baik-baik.
Setelah itu, Abu Thalib merasa marah
ketika kafir Quraisy berkata selancang itu. Lalu Abi Thalib berkata: “ Berani
benar engkau berkata sedemikian rupa kepadaku. Engkau berikan anakmu untuk
dipelihara olehku, dan anakku dan akan kau bunuh?. Pergilah kamu sekalian dari
sini, sekali pun tidak akan aku berikan kepadamu.”
Setelah mereka melihat kemarahan Abu
Thalib, mereka berkata (Kaum Qurais) “Jika engkau tidak memperkenankan kepada
kami, kehendak kami, awaslah apa yang akan terjadi padamu dan juga Muhammad.
Kemudian Abu Thalib berkata”Berbuatlah sesuka hatimu, aku tidak takut sedikit
pun juga!.”[12]
E. Tahun Kesedihan
Pada
tahun ke-10 kenabian, Rasulullah s.a.w ditimpa ujian yang sangat berat apabila
kehilangan 2 orang yang sangat penting dalam kehidupannya iaitu bapa saudaranya
Abu Talib dan isterinya Khadijah binti Khuwailid dalam masa yang terdekat.
Disebabkan ujian yang bertali arus itu, Rasulullah menamakan tahun itu sebagai
“Tahun Kesedihan”.
1. Pemergian Abu Talib
Abu
Talib walaupun tidak memeluk Islam, dia merupakan seorang yang amat menyayangin
Rasulullah S.A.W. Dia tidak pernah jemu untuk melindungi anak saudaranya yang
membawa satu ajaran baru pada ketika itu walaupun mendapat tentangan yang hebat
daripada pembesar Quraisy yang lain. Baginda menerima perlindungan dan
pengawalan yang teguh bagi memelihara dakwah Islamiah daripada serangan orang
yang takbur dan sombong.
2. Kehilangan Khadijah binti Khuwailid
Sayidatina
Khadijah r.ha. merupakan satu nikmat terbesar yang dikurniakan oleh ALLAH
kepada Rasulullah s.a.w. Beliau telah hidup bersama Rasulullah s.a.w. selama
suku abad dan merasai saat-saat yang mendebarkan dan mencemaskan serta sering
membantu Baginda ketika suasana yang sukar bagi menyebarkan risalah Islam.
Selain itu juga beliau telah mengorbankan diri dan hartanya untuk perjuangan
Baginda s.a.w.
Rasulullah
s.a.w. bersabda yang bermaksud:
“Dia
beriman denganku ketika orang ramai mengkufuriku, dia mempercayaiku ketika
orang ramai mendustakanku, dia berkongsi denganku harta bendanya ketika orang
ramai menghalangku, dan ALLAH mengurniakan kepadaku anaknya dan menghalangku
mendapat anak daripada selainnya.” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya – 6/118)
Selepas
tiga hari (ada pendapat mengatakan dua bulan) kematian Abu Talib, isteri yang
banyak membantu dari segi harta dan moral kembali ke rahmatullah iaitu pada
bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian. Ketika itu usia Khadijah, Ummul
Mukminin adalah 65 tahun, manakala Rasulullah s.a.w pula berumur 50 tahun.
Kematian ini telah menyebabkan Nabi s.a.w bertambah kesedihannya.
F. Isra Mi’raj
Isra Mikraj adalah dua bagian dari perjalanan yang
dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan
salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah
sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah.
Menurut al-Maududi[1] dan mayoritas ulama,[2] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah,
yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj
terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.
Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[3] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu
anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan
setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu.
Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mikraj.
Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara
persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Peristiwa Isra Mikraj terbagi dalam 2 peristiwa yang
berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
"diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil
Haram hingga Masjidil
Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi
Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul
Muntaha yang merupakan tempat
tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk
menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa
yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada
Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul
Muntaha seperti ini. Walaupun
begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat
Rasullullah SAW sedih.[13]
DAFTAR
PUSTAKA
Yati,Badri.2008.Sejarah
Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo,
cet 20.
Husain
Haekal,Muhammad.1990.Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antamusa, ,
cet 12.
Mufrodi,
Ali.1997.Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.Jakarta: logos Wacana Ilmu cet
1.
------------ Qishashul-Anbiya(Sejarah
25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif
http://ceramahsantri.blogspot.com/2011/02/kenapa-nabi-muhammad-bergelar-al-amin.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeluk_Islam_pertama
[1]
Muhammad Husain Haekal. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antamusa, 1990,
cet 12 hal 49.
[2]Qishashul-Anbiya(Sejarah
25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif.
Hal ini juga
seperti yang Allah SWT telah jelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-fiil 1-5
[3]
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II.Jakarta: PT Raja
Grafindo,2008 cet 20,hal 16
[4]
Ibid,hlm 17
[5]
Ibid hal 17
[6]
http://ceramahsantri.blogspot.com/2011/02/kenapa-nabi-muhammad-bergelar-al-amin.html
[7]
Mufradi Ali.Islam di Kawasan Kebudayaan
Arab, Tahun 1997. Hal. 15-16
[8]
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II.Jakarta: PT Raja
Grafindo,2008 cet 20,hal 19
[9]
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeluk_Islam_pertama
[10] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah
Islamiyah II.Jakarta: PT Raja Grafindo,2008 cet 20,hal 20-21
[11]
Qishashul-Anbiya(Sejarah 25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif.hal 220
[12]
Qishashul-Anbiya(Sejarah 25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif.hal.220-221
[13]
http://id.wikipedia.org/wiki/Isra_dan_Mikraj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar