Kondisi
Geografis Kabupaten Garut
Kabupaten
Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' -
7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten
Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²)
dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara
|
:
|
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
|
Timur
|
:
|
Kabupaten
Tasikmalaya
|
Selatan
|
:
|
Samudera
Indonesia
|
Barat
|
:
|
Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Cianjur
|
Kabupaten
Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota
provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi
pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai
kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung
sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.
Wilayah
Administratif
Kabupaten
Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan bertambahnya waktu,
berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan maupun yang tidak
sehingga perubahan terjadi pada semua sektor.
Dalam
perkembangannya, Kabupaten Garut tumbuh dan mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Untuk menanggulangi perubahan dan pertumbuhan tersebut pada awal
tahun 2004 dilaksanakan pemekaran wilayah kecamatan sebanyak 2 kecamatan
sehingga seluruh wilayah kecamatan menjadi sebanyak 42 kecamatan, 19 kelurahan
dan 400 desa dengan luas wilayah 306.519 Ha. Hingga tahun 2007 Kabupaten Garut
memiliki 42 Kecamatan, 21 Kelurahan dan 403 Desa. Kecamatan Cibalong merupakan
kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% wilayah Kabupaten Garut
atau seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah
terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%.
Sebagian
besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai
selatan berupa dataran rendah yang sempit. Di antara gunung-gunung di Garut
adalah: Gunung Papandayan
(2.262 m) dan Gunung Guntur
(2.249 m), keduanya terletak di perbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta Gunung
Cikuray (2.821 m) di selatan kota Garut.
Iklim
dan cuaca
Secara
umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah
beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai
Am dari klasifikasi iklim Koppen.
Berdasarkan
studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal
circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah
Jawa Barat; dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di
sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan
kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000
mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 °C - 27 °C. Besaran
angka penguap keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah
1572 mm/tahun.
Selama
musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara
basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau,
bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang
terletak di tenggara.
Geomorfologi
Bentang
alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen bentang alam,
yaitu : (1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka
ke arah utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi
dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G.
Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan
tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah timur.
Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir
pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km.
Evolusi
bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2
(dua) pendekatan hipotesis, yaitu:
- Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam, khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktivitas volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan Malabar-Tilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar dan pembebanan batuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
- Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktivitas penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Indonesia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu lebih dari 3000°, sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada saat pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar gunung.
Topografi
Ibukota
Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh Gunung
Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung Papandayan
(2.622 m), dan Gunung Guntur
(2.249 m).
Karakteristik
topografi Kabupaten Garut: sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan
pegunungan, sedangkan bagian Selatan (Garut Selatan)
sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di
beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang
bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut
hingga wilayah tertinggi d ipuncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian
500-100 m dpl terdapat di kecamatan Pakenjeng
dan Pamulihan
dan wilayah yang berada pada ketinggian 100-1500 m dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan
dan Cisewu.
Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di kecamatan
Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak
di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di kecamatan
Cibalong dan Pameungpeuk.
Rangkaian
pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umurnya
memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar puncak, 15-30% di bagian
tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut
umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan
kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng
yang bervariasi antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau 218.924 Ha berada
pada tingkat kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landai dengan tingkat
kemiringan dibawah 3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%; wilayah dengan tingkat
kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,84%; luas
areal dengan tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau 20,55%
wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal 7.550
Ha atau sekitar 2.46%.
Berdasarkan
arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua
daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa
dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran
selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan
dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS sungai
Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran
selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut
terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya
1.397,34 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran sungai
Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.
Berdasarkan
interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang
berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukan karakter
mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran
Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng
pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak sungai
tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola penyaliran
sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.
Situs dan Peninggalan Arkeologi Garut
1.
Adanya peninggalan megalitikum di daerah Banyuresmi
2.
Peninggalan Hindu-Budha di Leles
3.
Banyak peninggalan Rel/ jalan kereta Api dari masa kolonial belanda baik
yang masih berfungsi atau tidak
4.
Makam peninggalan Wali penyebar agama Islam di Garut seperti Kiansantang
(Syekh Rohmat Suci) di karang Pawitandan Syekh Rohmatullah di Samarang
Geologi
Berdasarkan
peta geologi skala 1:100.000 lembar Arjawinangun, Bandung dan Garut yang
dikompilasi oleh Ratman & Gafor (1998) menjadi peta geologi skala
1:500.000, tataan dan urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian
utara didominasi oleh material vulkanik yang berasosiasi dengan letusan
(erupsi) gunungapi, diantaranya erupsi G. Cikuray, G. Papandayan dan G. Guntur.
Erupsi tersebut berlangsung beberapa kali secara sporadik selama periode
Kuarter (2 juta tahun) lalu, sehingga menghasilkan material volkanis berupa
breksi, lava, lahar dan tufa yang mengandung kwarsa dan tumpuk menumpuk pada
dataran antar gunung di Garut.
Batuan
tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk diantaranya adalah breksi
volkanik bersifat basaltic yang kompak, menunjukan kemas terbuka dengan
komponen berukuran kerakal sampai bongkah. Secara umum, batuan penyusun dataran
antar gunung Garut didominasi oleh material volkaniklasik berupa alluvium
berupa pasir, kerakal, kerikil, dan Lumpur. Jenis tanah komplek podsolik merah
kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian yang paling
luas terutama di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara didominasi tanah
andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha sayur-mayur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar