Sabtu, 04 Februari 2012

Masa Rasulullah saw di Mekkah


  1. Masa Kelahiran
Kelahiran Nabi yang oleh Allah tujukan untuk jazirah Arab yang merupakan tempat yang penuh dengan kemusyrikan, hina dina dengan segala macam ke jahiliyahanya , kini di utus seorang Nabi dan Rasul terakhir yang bernama Muhammad diperkirakan dilahirkan pada tahu 570 M.[1] Kelahiran Muhammad ini, bersamaan dengan pasukan Gajah yang di pimpin oleh Abrahah yang merupakan gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia) yang Rajanya ialah Raja Najasy yang merupakan seseorang yang beragama Nassrani, setelah membangun sebuah Gereja di Negri Shan’a Ibukota Yaman, dia bermaksud ingin menyerang dan menghancurkan Ka’bah[2].
Nabi yang merupakan salah seorang dari keturunan (cucu) pembesar Bani Hasyim yang berpengaruh besar yakni Abdul Muthallib, tetapi kabilah ini merupakan kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Muhammad yang terlahir dari keluarga terhormat namun miskin, anak dari seorang Ayah yang bernama Abdullah bin Abdul Muthallib  dan Ibu yang bernama Aminah binti Wahab dari kabilah Bani Zuhrah. Namun baru di dalam kandungan, Muhammad telah ditinggalkan pergi (mati) oleh ayahnya, lalu setelah Muhammad kecil berumur enam tahun Ibunya meninggal dalam perjalanan menuju kota Yasrip (Madinnah), dan menjadilah Muhammad menjadi seorang yatim piatu.Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan untuk Muhammad sebagaai pembawa risalah terakhir.[3]
Selama hampir empat tahun setelah Muhammad lahir, dia berada dalam pemeliharaan Halimahtussadyah, yang sebelumnya harusnya dua tahun, namun karena rasa sayang Halimah, dan karena Muhammad dianggap telah membawa kebaikan kedalam penghidupannya. Halimah meminta izin kepada Aminah untuk mengasuhnya seelama dua tahun lagi.
Setelah sepeninggal ibunya Muhammad berada dalam asuhan kakenya Abdul Muthalib selama dua tahun, karena Abdul Muthalib pun meninggal. Abu Tholib yang merupakan paman Muhammad dari Ayahnya, yang merupakan seorang yang miskin pula mengasuh Muhammad, dan Muhammad menjadi seorang pengembala domba milik keluarga  dan yang menitipkan dombanya untuk di gembalakan. Saat berumur 12 tahun untuk pertama kalinya Muhammad di bawa untuk berdagang ke Syiria (syam) dalam kafilah, yang dipimpin oleh Abu Tholib.[4] Dalam perjalanan di Busrah sebuah kota di sebelah selatan Syiria rombangan bertemu dengan seorang pendeta dari agama Kristen yang bernama Buhairah. Pendeta tersebut memberitahu akan keistimewaan Muhammad karena sesuai dengan apa yang ada dalam Injil (kitab suci umat Yahudi), dan memberitahu Abu Tholib agar tidak terlalu masuk kedalam daerah Syiria, karena dikhawatirkan ada dari orang-orang Yahudi yang mengetahui akan tanda-tanda yang dimiliki Muhammad dan akan berbuat jahat padanya[5].
Saat berusia dua puluh lima tahun Muhammad menjadi pedagang milik seorang janda kaya raya, yang bernama Khadijah. Dalam dagangnya Muhammad mendapatkan laba yang cukup besar, bukan hanya itu bahkan Khadijah melamar Muhammad untuk menjadi suaminya, ketika itu Muhammad berusia dua puluh lima tahun dan Khadijah berusia empat puluh tahun.
Pernikahan mereka di karunia enam orang anak, du putra dan empat putri, yakni : Qasim, Abdullah, Zainab, Ummu Kulsum, Ruqayah, dan Fatimah. Namu kedua anak lelaki rasul meninggal waktu kecil.
  1. Nabi Muhammadelar Al Amin
Ketika Nabi Muhammad Saw. Berumur 35 tahunh setelah terjadi perombakan banguan ka’bah oleh pemuka-pemuka Quraisy, namun dalam hal meletakan Hajar Aswad ketempatnya semula, terjadilah persoalan siapa yang lebih berhak meletakan hajar aswad ketempatnya semula, terjadilah pertikaian dan pertengkaran dalam persoalan ini, maka datanglah rasulullah Saw. Memberikan ide cemerlangnya, kata Nabi, bagaimana kalau begini saja....siapa yang lebih dahulu besok pagi memasuki masjid ini maka dialah yang berhak meletakan hajar aswad itu ketempatnya semula, kemudian pemuka Quraisy itupun menyepakati usulan Nabi, ternyata pada pagi harinya Nabi telah berada dalam masjid lebih dahulu daripada pemuka2 Quraisy itu dan merekapun mematuhi apa yang telah disepakatinya, maka diberikanlah kesempatan kepada Nabi untuk meletakan Hajar aswad itu ketempatnya semula.
Kemudian Nabi membentangkan serbannya yang 4 persegi,kemudian diletakannya hajar aswad itu diatas serbannya, dan disuruh oleh Nabi agar 4 orang pemuka Quraisy itu masing-masingnya memegang sudut serbannya dan mengangkatnya bersama-sama ketempatnya semula dan setelah hajar aswad itu berada dekat tempatnya, barulah Nabi mengangkat dan meletakan hajar asawad itu ditempatnya semula.
Dengan keadilan dan kebijaksanaan Nabi ini, keluarlah ucapan dari mulut pemuka-pemuka Quraisy  itu, رَضِيْنَا بِالآمِيْنَ  (Kami Meredoi dengan Keputusan Al-Amin), dengan kebijaksanaan dan ke’adilan Nabi ini, Nabi diberi gelar Al-Amin oleh kaum Quraisy, yakni berarti orang yang dapat dipercaya.[6]

  1. Masa Kerasulan
Melihat kegelapan yang terjadi pada umatnya yang menyembah berhala, oleh karena itu rasul mengundurkan diri dari keramaian kota Mekkah. Karena perihatin akan apa yang terjadi di kota tersebut.
Oleh karena itu rasul pergi ke gua hira di gunung nur, beberapa kilo di kota Mekkah untuk bertahannus. Usahanya untuk mendapatkan petunjuk dari yang maha kuasa, dalam usaha menyendirinya itu menghasilakan sebuah petunjuk dengan datangnya Malaikat Jibril pada tanggal 17 Ramadhan. Yaitu surah Al-Alaq : 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ      
Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Setelah Rasul pulang ke rumah dengan keadaan menggigil dan ketakutan menceritakan apa yang terjadi kepada isterinya, Khadijah. Khadijah dengan bijaksana mendengarkan dan merasakan apa yang yang terjadi kepada Waraqah ibn Naufal, seorang anak pamannya ahli kitab Nasrani. Waraqah mengatakan bahwa apa yang terjadi pada Muhammad adalah ciri dari orang pilihan Allah untuk menjadi seorang Rasul.[7] 
Setelah wahyu pertama datang, Jibril tidak muncul lagi untuk waktu yang  itu lama meski saat itu Nabi Muhammad menunggu dan menantikan wahyu selanjutnya, di gua Hira. Dalam keadaan menunggu beberapa lama, akhirnya wahyu selanjutnya turun yang membuat awal mula perintah kepada Muhammad untuk melakukan dakwah yang terdapat dalam Surat Al-Muddatsir : 1-7.[8]
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ   šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ  
Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”

            Maka Rasulullah melakukan dakwah secara diam-diam di kota Mekkah dengan kerabat yang terdekat terlebih dahulu. Seperti: Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, dan Zaid (bekas budak yang telah menjadi anaknya).
            Lalu setelah sekitar tiga tahun  Rasulullah berdakwah sengan cara diam-diam, maka turun wahyu Allah untuk berdakwah secara terang-terangan.
  1. Dakwah Secara Terangan-terangan
Dakwah secara siriyyah ini dilakukan selama kurang lebih 3 tahun dan setelah orang Islam berjumlah 40 orang[6], maka turunlah ayat :
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ  
Artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Muhammad mulai terbuka menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya.
Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Mereka sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Muhammad.
Sebelum kelahiran Muhammad, orang-orang Arab Quraisy adalah para penyembah berhala. Mereka suka membunuh anak laki-Iaki dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Mereka mudah membunuh sebagian yang lain hanya karena hal-hal yang sepele. Oleh karena itu ketika Muhammad mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa, meninggalkan kepercayaan mereka, mereka marah besar. Mereka yang semula cinta kepadanya berubah menjadi kebencian dan kemarahan. Sedangkan mereka yang semula membenarkan Muhammad, telah berubah menjadi orang-orang yang mendustakannya.[9]
Ibn Ishaq berkata, “Orang-orang memeluk Islam secara bergelombang, baik laki-laki maupun wanita, sehingga berita tentang Islam tersebar luas di kota Makkah, dan Islam menjadi bahan pembicaraan. Setelah itu Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak manusia secara terang-terangan, menampakkan perintah Allah kepada manusia, sekaligus mengajak mereka kepada-Nya…”
ÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ   ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÊÎÈ   ÷bÎ*sù x8öq|Átã ö@à)sù ÎoTÎ) Öäü̍t/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇËÊÏÈ  
Artinya :
“dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman.  jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"”
Tatkala Rasulullah saw. memperlihatkan Islam secara terang-terangan kepada kaumnya dan menampakkan perintah Allah kepada mereka secara terbuka, saat itu orang-orang Quraisy tidak mengutuk beliau dan tidak memberikan reaksi, kecuali ketika suatu saat beliau menyebut-nyebut tuhan-tuhan mereka dan menghinanya. Tatkala beliau melakukan hal itu, seketika mereka menjadikan persoalan tersebut sebagai persoalan yang besar; mereka menentangnya.” (Ibn Hisyam, Sîrah an-Nabî, jld. I/274-276).
            Kaum Quraisy membenci dan menentang seruan Muhammad, ialah karena beberapa faktor: Pertama,mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk kepada Muhammad sama dengan tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Kedua, Nabi Muhammad menyerukan persamaan hgak anatara bangsawan Quraisy dan Hamba sahaya. Ketiga, Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan dan pembalasan di akhirat. Empat, taklid kepada n enk moyang adalah kebiasaan yang telah berakar pada bangsa Arab. Kelima, pemahat dan penjual patung berhala memandang Islam sebagai penghalang Rizki.[10]
            Sampai suatu ketika kaum Quraisy mendatangi Abi Thalib agar membujuk Muhammad untuk berhenti menyerukan Islam, namun hal ini tentu saja ditolak oleh Muhammad dengan berkata “Ya pamanku, jika sekiranya diletakan orang Matahari di atas telapak tangan kananku, dan bulan ditelapak tangan kiriku, supaya aku berhenti dalam perkara ini, aku tidak akan mau meninggalkannya, sehingga tuhan memberikan kemenangan atau aku celaka dalam mengerjakan ini, kalau tidak begitu aku tidak akan meninggalkannya.” Sembari Muhammad bersedih dengan mencucurkan air matanya. Karena Abi Thalib merasa terharu maka dia berkata “Wahai Muhammad perbuatlah apa yang engkau kehendaki, semoga engkau diselamatkan Allah selama-lamanya. Aku berjanji akan melindungi engkau dari perbuatan mereka itu.” Demikianlah kasih sayang Abi Thalib kepada Nabi Muhammad saw.[11]
            Kaum Quraisy tidak habis akal untuk menyingkirkan Muhammad. Mereka datang kembali kpada Abi Thalib untuk menukarkan Ammarah bin Al-Walid bin Mughirah. Setelah mereka berhadapan dengan Abu Thalib, mereka berkata: “Ya Abu Thalib, rupanya permintaan kamibelum berhasil untuk menyingkirkan Muhammad dahulu. Jika engkau tidak bisa melarang dia,Bagaimana kalau kita bertukar anak. Serahkanlah Muhammad kepada kami, supaya dia dapat kami bunuh jika dia tidak menurutapa yang kami mau, dan ambilah pemuda yang tampan dan gagah ini sebagai pengganti Muhammad. Dan peliharalah dia baik-baik.
            Setelah itu, Abu Thalib merasa marah ketika kafir Quraisy berkata selancang itu. Lalu Abi Thalib berkata: “ Berani benar engkau berkata sedemikian rupa kepadaku. Engkau berikan anakmu untuk dipelihara olehku, dan anakku dan akan kau bunuh?. Pergilah kamu sekalian dari sini, sekali pun tidak akan aku berikan kepadamu.”
            Setelah mereka melihat kemarahan Abu Thalib, mereka berkata (Kaum Qurais) “Jika engkau tidak memperkenankan kepada kami, kehendak kami, awaslah apa yang akan terjadi padamu dan juga Muhammad. Kemudian Abu Thalib berkata”Berbuatlah sesuka hatimu, aku tidak takut sedikit pun juga!.”[12]
E.     Tahun Kesedihan
Pada tahun ke-10 kenabian, Rasulullah s.a.w ditimpa ujian yang sangat berat apabila kehilangan 2 orang yang sangat penting dalam kehidupannya iaitu bapa saudaranya Abu Talib dan isterinya Khadijah binti Khuwailid dalam masa yang terdekat. Disebabkan ujian yang bertali arus itu, Rasulullah menamakan tahun itu sebagai “Tahun Kesedihan”.
1. Pemergian Abu Talib
Abu Talib walaupun tidak memeluk Islam, dia merupakan seorang yang amat menyayangin Rasulullah S.A.W. Dia tidak pernah jemu untuk melindungi anak saudaranya yang membawa satu ajaran baru pada ketika itu walaupun mendapat tentangan yang hebat daripada pembesar Quraisy yang lain. Baginda menerima perlindungan dan pengawalan yang teguh bagi memelihara dakwah Islamiah daripada serangan orang yang takbur dan sombong.
2. Kehilangan Khadijah binti Khuwailid
Sayidatina Khadijah r.ha. merupakan satu nikmat terbesar yang dikurniakan oleh ALLAH kepada Rasulullah s.a.w. Beliau telah hidup bersama Rasulullah s.a.w. selama suku abad dan merasai saat-saat yang mendebarkan dan mencemaskan serta sering membantu Baginda ketika suasana yang sukar bagi menyebarkan risalah Islam. Selain itu juga beliau telah mengorbankan diri dan hartanya untuk perjuangan Baginda s.a.w.
Rasulullah s.a.w.  bersabda yang bermaksud:
“Dia beriman denganku ketika orang ramai mengkufuriku, dia mempercayaiku ketika orang ramai mendustakanku, dia berkongsi denganku harta bendanya ketika orang ramai menghalangku, dan ALLAH mengurniakan kepadaku anaknya dan menghalangku mendapat anak daripada selainnya.” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya – 6/118)
Selepas tiga hari (ada pendapat mengatakan dua bulan) kematian Abu Talib, isteri yang banyak membantu dari segi harta dan moral kembali ke rahmatullah iaitu pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian. Ketika itu usia Khadijah, Ummul Mukminin adalah 65 tahun, manakala Rasulullah s.a.w pula berumur 50 tahun. Kematian ini telah menyebabkan Nabi s.a.w bertambah kesedihannya.
F.     Isra Mi’raj
Isra Mikraj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi[1] dan mayoritas ulama,[2] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[3] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mikraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Peristiwa Isra Mikraj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.[13]


DAFTAR PUSTAKA

Yati,Badri.2008.Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo, cet 20.
Husain Haekal,Muhammad.1990.Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antamusa, , cet 12.
Mufrodi, Ali.1997.Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.Jakarta: logos Wacana Ilmu cet 1.
------------ Qishashul-Anbiya(Sejarah 25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif
http://ceramahsantri.blogspot.com/2011/02/kenapa-nabi-muhammad-bergelar-al-amin.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeluk_Islam_pertama


[1] Muhammad Husain Haekal. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antamusa, 1990, cet 12 hal 49.
[2]Qishashul-Anbiya(Sejarah 25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif.
Hal  ini juga seperti yang Allah SWT telah jelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-fiil 1-5
[3] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II.Jakarta: PT Raja Grafindo,2008 cet 20,hal 16
[4] Ibid,hlm 17
[5] Ibid hal 17
[6] http://ceramahsantri.blogspot.com/2011/02/kenapa-nabi-muhammad-bergelar-al-amin.html
[7] Mufradi  Ali.Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Tahun 1997. Hal. 15-16
[8] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II.Jakarta: PT Raja Grafindo,2008 cet 20,hal 19
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeluk_Islam_pertama
[10]  Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II.Jakarta: PT Raja Grafindo,2008 cet 20,hal 20-21
[11] Qishashul-Anbiya(Sejarah 25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif.hal 220
[12] Qishashul-Anbiya(Sejarah 25 Nabi).Bandung: PT Al Ma’arif.hal.220-221
[13] http://id.wikipedia.org/wiki/Isra_dan_Mikraj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[url=https://www.auroramine.com/?ref=40416][img]https://www.auroramine.com/assets/images/banner/b2.gif[/img][/url]